Kamis, 17 Februari 2011

SUDUT PANDANG MARASE TERHADAP WAHDATUL WUJUD

Kebanyakan Guru-guru aliran wahdatul wujud sebagaimana yang sering kita dengar ajarannya berhenti pada keyakinan bahwa "Tuhan ada dalam diri Manusia". Para penganutnya banyak yang terjebak dan tidak memfungsikan akal serta kecerdasannya

Dalam ajaran manunggal rasa sejati 8432/M dari keyakinan tersebut dikembalikan pada penafsiran yang benar "bahwa bila seseorang melakukan dzikirulloh suatu ketika jiwa mengarah langsung pada sang Maha Mutlak tanpa ada perantara apapun, jiwa menyelam dalam lautan tauhid dan mendapat Nur-Nya sehingga jiwa diliputi oleh-Nya atau sama artinya kita ada didalam Tuhan bukan Tuhan ada dalam diri kita.
Dalam ajaran manunggaling kawulo gusti mereka
menganggap "urip" sebagai Tuhan, keyakinan dan pendirian mereka tetap keras walau "urip" jelas berbeda dengan "Yang Maha urip", sehingga urip yang seharusnya menjadi "Tuan" atas diri berubah menjadi "Tuhan"atas diri. Sedulur-sedulur jamaah Marase, Sebuah kepercayaan apapun yang muncul dari emosional atau perasaan jika tanpa di imbangi rasional akan berakibat "berhenti" dalam kebingungan yang menyebabkan kefanatikan yang salah.

Dalam aliran jawa kita juga mengenal istilah "aku" dan "ingsun" yang pemahamannya disetarakan. Yang seharusnya "aku" adalah utusan yg mengelola pikiran, perasaan dan tubuh, disetarakan dengan "Ingsun" yang artinya sang pengusa atas makhluk. Dari penjelasan diatas jelaslah perbedaan kawulo dan gustinya, Titah lan sing nitahake, urip lan sing moho urip dan sebagainya.

Dalam ajarannya mereka juga tidak mempercayai adanya surga dan neraka, karena mereka menganggap dunia ini adalah kematian sehingga disinilah adanya surga dan neraka, sementara kematian bagi mereka adalah kehidupan dan dalam kehidupan tidak ada Surga-Neraka. Oleh karena itu mereka menginginkan mati dalam keadbn moksa. Hal ini dikarenakan mereka salah mengartikan kata "kembali kepada Allah" menjadi "kembali MENJADI Allah" padahal Allah tidak pernah membelah diri menjadi makhluk. Sedulur-sedulur jamaah Marase dari sdikit uraian diatas semoga dapat menambah iman dan tauhid kita. Mereka mempelajari, titising pati,awasing pati,kasampurnaning pati dan sebagainya. Ternyata dalam sejarah manusia belum ada yang bisa mati dalam keadaan moksa, semua penganut aliran wahdatul wujud,manunggaling kawulo gusti, sangkan paraning dumadi dan lain-lain semua mati dan masuk liang lahat, yang mati pasti masuk alam barzakh dan akan memasuki fase-fase dimensi alam selnjutnya sampai kelak masuk akhirat dan akan kembali pada Allah setelah seluruh alam semesta digulung olehNya bagai lembaran kertas. Wallahualam..

SURGA & NERAKA TIDAK KEKEAL

Apakah Surga dan Neraka itu kekal? Sering kita mendengar ajakan untuk berbuat baik, melaksanakan perintah Agama agar kita masuk surga, kita juga diajak meninggalkan larangan agama agar tidak masuk Neraka. Ajakan itu tidak salah tapi kenapa terputus dan hanya berhenti di Surga dan Neraka? Bukankah Surga dan Neraka makhluk seperti kita juga? Banyak orang berpendapat bahwa orang yang berada di dalam Surga atau Neraka kekal selama-lamanya. Benarkah pendapat itu? Adakah makhluk yang kekal? Allah berfirman :

"Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam Neraka di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih) mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi......
Adapun orang-orang yang berbahagia maka tempatnya didalam Surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi.....
(Qs Huud : 106-108)

Apa yang dimaksud dengan kata"mereka kekal di dalamnya", siapa yang kekal? Orang-orangnya atau surga dan nerakanya?
Kemudian dilanjutkan dengan kata "selama ada langit dan bumi" jika demikian bagaimana bila bumi sudah tidak ada lagi dan langit di gulung seperti lembaran-lembaran kertas? (Qs Al-Anbiyaa : 104), masih adakah Surga dan Neraka?
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang ada dalam surga dan neraka kekal didalamnya selama masih ada surga dan neraka, sedangkan Surga dan Neraka akan berakhir juga sebagaimana makhluk Allah yang lain.

Tanpa sadar anak-anak di Mushola dan Masjid-masjid mengingatkan pada kita lewat puji-pujian "bahwa kita tidak kuat di neraka dan tidak pantas di Surga" lantas dimana seharusnya kita? hal itu makin menyadarkan pada diri kita bukan surga dan takut neraka tujuan ibadah kita pada Allah swt.
Allah berfirman :

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku" (Qs Thaahaa : 14).

Dari ayat diatas jelaslah bagaimana seharusnya tujuan kita beribadah, ibadahlah karena Allah karena Dia yang punya Surga dan takutlah pada Allah dengan adzab Nerakanya. Bila kita masih menganggap Surga dan Neraka itu kekal sama halnya kita menganggap Surga dan Neraka adalah Tuhan. Bukankah yang selain Tuhan swt adalah makhluk? Dan yang makhluk pasti tidak kekal.

Waallahualam..

MENGENAL NAFSU AL-MARAH

Di dalam kehidupan ini kita sering menghadapi sebuah permasalahan yang sulit dan tiba-tiba membangkitkan rasa emosi dan kemarahan. Di tengah-tengah keluarga, di kantor maupun di tengah-tengah masyarakat, kita merasa sudah berusaha berbuat baik tetapi tetap saja di cela, di gunjing bahkan caci-maki dan fitnah. Secara naluriah hal-hal seperti inilah yang kerap memancing rasa kesal dan emosi pada diri kita.

Nafsu Al-amarah adalah salah satu nafsu dari empat nafsu yang ada dalam diri manusia selain nafsu Lawamah, Sobyah dan Mutmainah. Nafsu Amarah adalah nafsu yang menaruh pada keburukan, menyebabkan jiwa kotor dan selalu menyuruh pemiliknya untuk melakukan perbuatan dosa.

Dari unsur pembentuknya Amarah berasal dari anasir api yang berada di lubang telinga. Dengan telinga itulah manusia menangkap berbagai bentuk suara atau perkataan yang jelek dari obyek sehingga subyek marah dan tersinggung. Walau demikian amarah juga bisa berasal dari isyarat panca indra lainnya, misalnya pada saat mata melihat obyek yg tidak di inginkan atau kulit (tubuh) kita dipukul seseorang, ini biasa terjadi pada orang-orang tuna rungu maupun orang-orang yang secara fisik memiliki kesempurnaan.

Amarah bisa terjadi karena hati mendapat isyarat pengaduan dari panca indra, yang menyebabkan darah naik dan terjadilah emosi serta amarah.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa darah yang berunsur api inilah penyebab kemarahan yang ada dalam diri manusia.

Mengenai marah Nabi bersabda :

"Wahai Mu'awiyah janganlah marah-marah, karena kemarahan dapat merusak keimanan sebagaimana Bratawali dapat merusakkan Madu." (HR.Al. Baihaqiy).

Menurut hadits Nabi diatas marah-marah dapat merusak keimanan, karena dari marah itulah timbul berbagai penyakit hati, seperti Dengki, tamak, gibah, hilangnya akal sehat dan lain-lain.

Dengki berarti mengharap dan berupaya untuk menghilangkan kenikmatan yang diterima orang lain, kemudian Dari sifat dengki ini akan timbul penyakit lain yang bernama Gibah atau menggunjing, yang berarti menceritakan kejelekan-kejelekan orang lain yang benar-benar terjadi, bila kejelekan-kejelekan itu tidak nyata terjadi maka akan berubah menjadi Fitnah, dan akan menjadi Caci-maki bila kejelekan-kejelekan itu di sebutkan di depan orang yang bersangkutan.
Sifat Angkara yang satu akan terus melahirkan sifat angkara yang lain dan akan brakibat hilangnya akal sehat yang merupakan cahaya dalam hati, sehingga kita dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil.

Dari sedikit uraian di atas kiranya dapat menghantarkan kita pada derajat jiwa yang tenang ( Qs. Al Fajr : 27), Derajat jiwa yang ridlo dan diridloi (Qs. Al Fajr : 28), dan akhirnya mencapai derajat AN,NAFS AL-KAMILAH Yaitu jiwa yang sempurna diatas semua jiwa dan akan terus mengalami kesempurnaan selama hidup kita. Amien...

Wallahu a'lam..