"....DAN SESUNGGUHNYA KEBANYAKAN DI ANTARA MANUSIA BENAR-BENAR INGKAR AKAN PERTEMUAN DENGAN TUHANNYA" (Ar-Rum: 8).
"Ini adalah sebuah kitab yang aku turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran" (Shad: 29).
Berpikir adalah anugrah luar biasa pada manusia agar dapat mendayagunakan potensi akal untuk mendapatkan pelajaran hingga mendapatkan derajat mulia. Demikian juga marilah kita brpikir tentang pertemuan dan kembalinya pada Tuhan, apakah yang dimaksudkan adalah nanti diakhirat setelah kita mati? bagaimana akal kita menjelaskan hal ini? Jika memang benar demikian selama ini kita Shalat menghadap pada siapa? Lalu dimanakah Allah yang kita sembah itu? Allah adalah Tuhan yang maha mutlak dan maha meliputi, tak terjangkau oleh pikiran, berbeda dengan makhlukNya, maha hidup, maha dekat, maha mengetahui lintasan hati dan maha sgala-galanya. Tuhan hanya dapat kita rasakan dengan hati jernih dan tak mungkin kita terima dengan alam pikiran. Allah swt itu maha mutlak dan maha menyelimuti, Dia ada dimana-mana semua diliputi olehNya,menyambut setiap doa,menurunkan ketentraman pada hati hamba yang sdang gelisah,menerangi hati dan sebagainya. Jika pikiran ini mengangap Allah ada ditempt yang jauh orang tidak segan-segan brbuat maksiat karena tidak merasa diawasi langsung olehNya dan keadaan itulah yang disebut "sebagai hati yang lalai". Dalam Shalat bila tanpa keyakinan dan kesadaran akan dirinya dan ruh akan kembali dan bertemu pada Tuhan maka perjalanan ruhaninya akan berhenti atau masuk ke dalam ilusi pikiran. Dan yang perlu diingat terwujudnya rasa berhadapan dan bertemu berangkat dari kesadaran dan dzikir. Jika keduanya hilang Shalat kita akan terpelanting entah kemana.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar