Di dalam kehidupan ini kita sering menghadapi sebuah permasalahan yang sulit dan tiba-tiba membangkitkan rasa emosi dan kemarahan. Di tengah-tengah keluarga, di kantor maupun di tengah-tengah masyarakat, kita merasa sudah berusaha berbuat baik tetapi tetap saja di cela, di gunjing bahkan caci-maki dan fitnah. Secara naluriah hal-hal seperti inilah yang kerap memancing rasa kesal dan emosi pada diri kita.
Nafsu Al-amarah adalah salah satu nafsu dari empat nafsu yang ada dalam diri manusia selain nafsu Lawamah, Sobyah dan Mutmainah. Nafsu Amarah adalah nafsu yang menaruh pada keburukan, menyebabkan jiwa kotor dan selalu menyuruh pemiliknya untuk melakukan perbuatan dosa.
Dari unsur pembentuknya Amarah berasal dari anasir api yang berada di lubang telinga. Dengan telinga itulah manusia menangkap berbagai bentuk suara atau perkataan yang jelek dari obyek sehingga subyek marah dan tersinggung. Walau demikian amarah juga bisa berasal dari isyarat panca indra lainnya, misalnya pada saat mata melihat obyek yg tidak di inginkan atau kulit (tubuh) kita dipukul seseorang, ini biasa terjadi pada orang-orang tuna rungu maupun orang-orang yang secara fisik memiliki kesempurnaan.
Amarah bisa terjadi karena hati mendapat isyarat pengaduan dari panca indra, yang menyebabkan darah naik dan terjadilah emosi serta amarah.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa darah yang berunsur api inilah penyebab kemarahan yang ada dalam diri manusia.
Mengenai marah Nabi bersabda :
"Wahai Mu'awiyah janganlah marah-marah, karena kemarahan dapat merusak keimanan sebagaimana Bratawali dapat merusakkan Madu." (HR.Al. Baihaqiy).
Menurut hadits Nabi diatas marah-marah dapat merusak keimanan, karena dari marah itulah timbul berbagai penyakit hati, seperti Dengki, tamak, gibah, hilangnya akal sehat dan lain-lain.
Dengki berarti mengharap dan berupaya untuk menghilangkan kenikmatan yang diterima orang lain, kemudian Dari sifat dengki ini akan timbul penyakit lain yang bernama Gibah atau menggunjing, yang berarti menceritakan kejelekan-kejelekan orang lain yang benar-benar terjadi, bila kejelekan-kejelekan itu tidak nyata terjadi maka akan berubah menjadi Fitnah, dan akan menjadi Caci-maki bila kejelekan-kejelekan itu di sebutkan di depan orang yang bersangkutan.
Sifat Angkara yang satu akan terus melahirkan sifat angkara yang lain dan akan brakibat hilangnya akal sehat yang merupakan cahaya dalam hati, sehingga kita dapat membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Dari sedikit uraian di atas kiranya dapat menghantarkan kita pada derajat jiwa yang tenang ( Qs. Al Fajr : 27), Derajat jiwa yang ridlo dan diridloi (Qs. Al Fajr : 28), dan akhirnya mencapai derajat AN,NAFS AL-KAMILAH Yaitu jiwa yang sempurna diatas semua jiwa dan akan terus mengalami kesempurnaan selama hidup kita. Amien...
Wallahu a'lam..
Kamis, 17 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar