Selasa, 30 Maret 2010

Tujuan Utama Perjalanan Spiritual Shalat

Tujuan utama spiritual shalat adalah bermusyahadah (menyaksikan diri). Penghormatan dan persaksian seorang Kawulo kepada Gustinya dengan stinggi-tingginya. Disinilah adanya kerinduan untuk mengulang dan mengenang kembali, sebagaimana pada masa sebelum semua ini, sebelum kita tiba dirahim ibu dan sebelum ruh ditiupkan ke dalam jasad.
Kita diperintahkan membuat sumpah dengan pengakuan tulus.

Allah berfirman :

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari bani Adam keturunannya dari sulbinya dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya sendiri (atas pertanyaan) "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab " Ya kami bersaksi !" (yang demikian itu) supaya jangn kamu kelak berkata dihari kiamat " Kami tiada mengetahui hal itu." (Qs. Al A'rof: 172).

Dari ayat diatas dapat di pahami sebagai sebuah kenangan yang mengharukan, ingin rasanya mengulang kembali penyaksian ini dan berhadapan wajah dengan Allah swt serta mendengar tutur kata-Nya dalam azal.

Allah berfirman:
"Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketingkat yang serendah-rendahnya." (Qs-Al tien: 4 - 5).

Ayat diatas menyatakan bahwa pada masa itu manusia masih bersifat nurani dalam azal yang diciptakan dalam sebaik baik bentuk, sebelum dikembalikan ketingkat serendah-rendahnya, yaitu didalam segumpal tanah yang diberi rupa. Sebuah kenangan yang memilukan dan mengharukan, apakah penyebabnya kita terpelanting jatuh ke dunia dan masuk ke dalam sebongkah tanah yg diberi rupa ini?
Kesadaran dan
Perjanjian itulah yang tetap kita pegang teguh selama di Dunia serta bersaksi minimal 5 (lima) kali dalam sehari semalam, kita ungkapkan persaksian kita dalam kalimah Syahadat dalam Tasyahud. Sekalipun kita sudah terperosok ke dalam dunia ìni, Tuhan kita tidak tergantikan oleh Tuhan-tuhan yang lain dan kita tidak mempertuhankan apapun selain Allah swt. Hanya kepada Allah kita mengabdikan diri sebagai hamba-Nya. Dialah tempat kita mencurahkan semua persoalan hidup, petunjuk-Nya kita jadikan sebagai pedoman hidup, sebesar apapun persoala, kita adukan pada-Nya dengan sungguh-sungguh. Dalam keadaan apapun hati ini tetap terjalin manunggal dengan Dia. Dengan demikian sumpah kita tetap sama sejak di alam "langgeng" sampai dialam duniapun Allah tetap Tuhan kita. demikian iman kita (Ma'rifatulloh bersaksi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar