Rabu, 16 Desember 2009

Belajar memasuki rasa khusyu' lewat IHSAN dalam Shalat.

Dari Abu Hurairah berkata "Pada suatu hari Belajar memasuki rasa khusyu' lewat IHSAN dalam Shalat.Nabi ada ditengah-tengah orang banyak tiba-tiba ada seorang laki-laki ( Jibril ) datang kepadanya seraya bertanya: Apakah Iman itu? Nabi menjawb Iman adalah,
1. Kami percaya pada Allah.
2. Kami percaya pada Malaikat.
3. Kami percaya akan bertemu Allah di Akhirat.
4. Kami percaya pada Rasull-Nya.
5. Kami percaya pada hari kebangkitan.
Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, Apakah Islam itu? Jawab Nabi "Islam adalah menyembah pada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mengerjakan shalat, zakat, dan puasa Ramadhan. Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, Apakah Ihsan itu? Jawab Nabi, IHSAN YAITU ENGKAU MENYEMBAH ALLAH SEOLAH-OLAH ENGKAU MELIHATNYA SEKIRANYA ENGKAU TIDAK DAPAT MELIHATNYAMAKA ALLAH MELIHAT ENGKAU". ( HR. Bukhori ).

Dari hadits diatas sudah jelas apa yang dimaksud dengan Ihsan. Khusyu' tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dicari tapi kita tinggal memasuki dengan jalan kembali dan berserah diri. Keadaan seperti ini hanya bisa dilakukan kalau kesadaran kita berada diatas kesadaran tubuh bahwa saat shalat kita merasakan hadir kehadlirat Tuhan, berhadapan langsung dan berkomunikasi tanpa perantara apapun (Ihsan). Selama ini banyak pandangan bahwa khusyu' adalah "konsentrasi penuh". Upaya memasuki rasa khusyu' dengan konsentrasi sering kandas dan gagal, saat Shalat pikiran melayang-layang tak bisa dikendalikan, semua rukun Shalat gerakan dan bacaan Shalat dilakukan dengan reflek (gerakan tanpa sadar) tahu-tahu Shalat sudah selesai. Shalat seperti ini dinamakan "Shalat tanpa Ruh".
Hal itu bisa terjadi karena pikiran terbelah menjadi dua sisi yang tidak seimbang. Ini menunjukkan bahwa ada dua otak yaitu otak kiri dan otak kanan. Kemampuan otak kiri menjalankan psoses berpikir logis dan rasional sedang otak kanan berpikir random, intuitif dan holistik. Didalam Shalat otak kiri berkaitan dengan syariat (rukun) Shalat dan menuntut data hukum berupa aturan-aturan dalam shalat sedang otak kanan bersifat non verbal memiliki kemampuan abstraksi, imajinasi, intuisi dan spiritual. Dalam Shalat rasa IMAN dan IHSAN hadir dari spiritualnya otak kanan.
Selama ini kita shalat hanya menggunakan tata aturan otak kiri (hukum-hukum fiqih) dan kenyataannya menghasilkan ketidaknyamanan dan rasa jenuh. Keseimbangan antara otak kiri dengan otak kanan, rasiönal dengan relasional, fisika dengan meta fisika inilah yang disebut dengan DEKÖNSENTRASI.
Dengan hakikat IHSAN menurut Sabda Rosull dalam Shalat kita harus merasa dan merasakan, biarlah Allah menuntun kita, serahkan semuanya, hilangkan rasa memiliki dan berbagai bentuk pengakuan. Rasa khusyu', rohmat-Nya, ketenangan dan ketentraman akan langsung menelusup ke dalam hati pesholat tanpa bisa diterima oleh perhitungan logika, sebab logika tidak mempunyai alat ukur untuk menangkap sisi ini, semuanya timbul dari aktifitas otak kanan yang bersifat intuitif. Disamping memperhatikan rukun-rukun, bacaan dengan tartil dan gerakan-gerakan dalam shalat (semua memorisasi dan hafalan yang ada dalam data otak kiri), disisi lain kita harus merasakan kehadiran Allah ( IHSAN) dan semua gerakan-gerakan ilham yang hanya bisa ditangkap oleh jiwa dengan mengaktifkan otak kanan. Keseimbangan dua hal inilah merupakan tehnik memasuki rasa khusyu'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar